Rabu, 06 Mei 2009

Tinjauan Kebijakan Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia

Secara program, pendidikan nasional sangat baik, menjanjikan dan memberi pengharapan yang sangat besar bagi Bangsa Indonesia dalam proses pendidikan, serta pembudayaan anak bangsa agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Kurikulum nasional menggariskan betapa besar harapan yang diusung oleh program pendidikan nasional dengan penekanan pada aspek kognitif, afeksi dan psikomotorik secara selaras dan seimbang. Diharapkan dengan program pendidikan seperti itu, anak bangsa dapat berkembang secara intelektual, sosial, emosional dan spiritual secara optimal.

Namun, pelaksanaan program pendidikan tidak seprestisius yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan yang telah digariskan. Pendidikan di Indonesia sejak dua dasawarsa terakhir terimbas oleh standar pendidikan negara-negara OECD (Organization for Economic Cooperation and Development: Amerika Serikat, Inggris, Australia, Jerman, Perancis, Jepang dan negara maju lainnya. Mereka menekankan pada penguasaan Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, yang kemudian melupakan aspek atau mata pelajaran yang berperan dalam pembentukan karakter dan peradaban bangsa. Setidak-tidaknya mata pelajaran Agama, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Sejarah, Geografi, dan Ekonomi tidak mendapat perhatian yang seimbang dengan mata pelajaran yang menjadi standar mutu pendidikan di negara-negara OECD.


Sebagai bangsa timur, para perancang program pendidikan telah melupakan pembentukan karakter dan peradaban bangsa. Pendidikan Indonesia harus selalu membina nilai-nilai, seperti nilai tenggang rasa, toleransi, nasionalisme, patriotisme, patuh pada aturan dan nilai-nilai lainnya. Kebijakan tidak meng-UN-kan mata pelajaran Agama, PKn, Sejarah adalah suatu kebijakan yang tidak tepat.


Buah dari terlantarnya aspek pembentukan karakter dan peradaban bangsa adalah terjadinya erosi nilai-nilai dalam kehidupan manusia Indonesia. Nilai-nilai dimaksud adalah nilai saling menghargai, toleransi, menyelesaikan masalah dengan musyawarah dan setumpuk nilai-nilai lainnya. Dalam menyelesaikan masalah, sebagai contoh, betapa Bangsa Indonesia tidak lagi menekankan nilai-nilai dan kearifan seperti bermusyawarah, dialog, mediasi, akan tetapi sudah menempuh cara-cara kekerasan yang tidak sejalan dengan budaya dan peradaban bangsa kita. Kita tercengang dan terkejut melihat bangsa Indonesia main bakar, main lempar, main pukul, demonstrasi yang anarkis. Semua ini adalah buah dari pendidikan Bangsa Indonesia yang melupakan aspek pembentukan karakter dan peradaban bangsa dalam pembelajarannya.

Mozaik Bangsa Indonesia
Mozaik sebuah bangsa adalah susunan dan struktur posisi etnik-etnik yang ada dalam masyarakat sebuah bangsa. Mozaik sebuah bangsa harus mendapat perhatian serius, tatkala bangsa tertentu merancang dan merekonstruksi pendidikan yang akan diberlakukan pada bangsa itu. Bisa jadi, pola pendidikan yang sangat berhasil di sebuah negara tertentu, namun gagal di negara lain. Hal ini mungkin salah satunya disebabkan kealpaan para perancang pendidikan terhadap mozaik bangsa itu sendiri.

Bangsa dengan masyarakat majemuk adalah bangsa yang setiap etniknya merasa sejajar dan umumnya tidak punya orientasi nilai nasional. Masing-masing suku bangsa merasa, lebih pintar dan merasa lebih pantas dicontoh oleh etnik lain. Bangsa majemuk atau lural ini adalah Bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia tidak memiliki orientasi nilai secara nasional, yang bisa menjadi acuan oleh semua suku bangsa. Nilai dan filosofi pancasila adalah hasil kesepakatan nasional yang dijadikan sumber nilai bagi pembentukan karakter, serta peradaban bangsa, Indonesia. Oleh sebab itu, perlu upaya-upaya melalui pendidikan yang lebih serius agar bangsa Indonesia memiliki karakter dan beradab sesuai dengan nilai-nilai yang disepakati.

Adalah sangat tidak masuk, akal Pendidikan di Indonesia hanya mengejar standar nasional yang dipakai oleh negara-negara OECD (penguasaan Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi, Teknik) saja dengan melupakan pendidikan pembentukan karakter dan peradaban yang dimediatori oleh mata pelajaran PKn, pendidikan Agama, pendidikan IPS (Sejarah, Geografi dan Ekonomi, serta Sosiologi).

Pentingnya Pendidikan Pembentukan Karakter dan Peradaban Bangsa
Agar Bangsa Indonesia tumbuh menjadi bangsa yang berkarakter dan beradab, maka pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia haruslah pendidikan yang seimbang antara pendidikan pengembangan intelektual, emosional, spiritual dan keterampiIan, atau menurut Taxonomy Bloom meliputi pendidikan guna pengembangan intelektual, afektif dan psikomotor. Dengan pendidikan seperti itu akan melahirkan anak bangsa yang cerdas secara intelektual, cerdas secara emosional dan spiritual, serta terampil dalam bekerja.

Ketika pendidikan negara-negara OECD tersebut dibawa ke Indonesia, yang mozaik masyarakatnya adalah masyarakat majemuk (plural), kiranya kurang tepat. Bangsa Indonesia sangat membutuhkan pendidikan dengan muatan nilai-nilai yang berguna bagi pembentukan karakter dan peradaban sebagai sebuah bangsa. Mata pelajaran Agama, PKn, IPS (Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi) harus menjadi mata pelajaran penting dan mungkin lebih penting dari Matematika, Fisika, Kimia, Biologi. Karena misi yang dibawa oleh mata pelajaran-pelajaran tersebut adalah masalah pembinaan generasi muda guna kelanjutan Republik Indonesia, nilai-nilai perekat bangsa, hidup ber-Bhineka Tunggal Ika atau konsep hidup multikultur pada masa kini.

Dengan demikian diharapkan setiap warga negara akan dapat melaksanakan hak dan kewajiban, serta setumpuk nilai-nilai untuk hidup bersama sebagai sebuah bangsa.

Sumber :Oleh Prof. Dr. Azwar Ananda, MA
Ilmu Sosial Politik FIS UNP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar