Jumat, 08 Mei 2009

Pesantren Ngruki Agar Kembangkan, Pemahaman Berpikir Kritis

Sistem Pendidikan Pesantren Ngruki sebaiknya diberi kesempatan untuk mengembangkan pemahaman agama yang bersifat Nadhari, berfikir kritis, terbuka dengan berbagai metodologi berfikir empirik.

Demikian salah satu kesimpulan tim peneliti Pusat Litbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Departemen Agama tentang Pondok Pesantren Islam Al Mukmin Ngruki Solo, Sukoharjo, Surakarta tahun 2003.

Hasil penelitian itu menyebutkan, jika pesantren tersebut memenuhi substansi ilmu agama, disertai dengan kemampuan metodologi dan kerangka teoritik, akan mampu mengembangkan wacana pemikiran agama yang lebih luas yang akan bermuara kepada pengembangan sikap keterbukaan, toleransi dan menerima keragaman (pluralis), demokrasi, inklusif dan jauh dari sikap pemaksaan kehendak (radikal).

Pesantren Ngruki sebagai lembaga pendidikan Islam yang mendasarkan kepada paham Keagamaan salafi haraki telah mendidik generasi muda Islam yang memiliki pandangan keagamaan yang bersifat tekstual literal sehingga memiliki pandangan kritis dan memiliki semangat istiqamah dalam mengamalkan keyakinan dan pandangan agamanya. Semangat istiqamah dan jihad untuk melakukan dakwah yang ditanamkan Pesantren Ngruki kepada para santri ini yang perlu terus dihidupkan.

Namun pada sisi lain, semangat istiqamah dan jihad tersebut tidak mengarah kepada menafikan kebenaran atau menghargai pendapat orang yang berbeda. Di sinilah perlunya pimpinan Ngruki membuka diri untuk mengembangkan kurikulum dengan kajian lintas mazhab (muqarantul madzalib) dan sekaligus memperkuat kajian metodologi penetapan hukum syari'at serta tarikh tasyri'.

Model pendidikan Pesantren Ngruki yang menitik beratkan kepada usaha dakwah, dan menekankan pada santrinya dengan didikan semangat berjuang demi agama menjadikan lembaga pendidikan keagamaan mampu mandiri dalam memberikan pelayanan pendidikan keagamaan bagi masyarakat.

Dalam era otonomi pendidikan serta kebijakan mengembangkan manajemen sekolah berbasis masyarakat sudah selayaknya memperoleh perhatian memadai untuk terus didorong meningkatkan kualitas pendidikannya dengan melibatkan lebih banyak pihak melalui Majlis Madrasah. Demikian pula Pemerintah dapat membangun kemitraan kependidikan dan sekaligus memberikan layanan pengembangannya dan jaringan dengan lembaga pendidikan baik dalam negeri maupun luar negeri (membantu mu'adalah).

Pimpinan Pesantren Ngruki baik pimpinan Yayasan maupun pengasuh Pondok sebaiknya memberikan kesempatan luas kepada para santrinya untuk melihat kenyataan bahwa perubahan serta proses modernisasi adalah suatu keniscayaan.

Islam sendiri misinya adalah bagaimana membawa umat manusia kepada kemajuan dan kemodernan tanpa harus mengorbankan identitas dan jatidiri sebagai muslim. Untuk itu sebaiknya metode pemahaman keagamaannya tidak dibenturkan antara Islam dan modernitas itu sendiri, sehingga tidak terjadi pengasingan diri dari realitas kehidupan sehari-hari.

Upaya yang dapat dilakukan antara lain memperbaharui kurikulum pendidikan dengan memberikan porsi lebih banyak lagi materi iptek ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk membakli santri berkiprah lebih lanjut ke pendidikan lebih tinggi. Bukankah Islam mengajarkan untuk menuntut ilmu minal mahdi ilal lahdi.

Keberadaan pesantren Ngruki pada dasarnya merupakan perwujudan penerapan dari suatu paham keagamaan yang muncul dan berkembang karena faktor internal dan eksternal. Ketika penerapan paham keagamaan tersebut pada tataran ibadah mahdhah dan bersifat individual tidak menimbulkan persoalan. Namun pada saat memasuki wilayah publik apalagi yang berkaitan dengan aspek sosial politik akan berhadapan dengan realitas kebangsaan dan ketatanegaraan yang berlaku.

Karenanya para pimpinan Pesantren Ngruki dengan penuh kearifan harus mampu mengenalkan dan menghadirkan Islam dalam tafsir kemodernan termasuk nilai-nilai universal Islam tentang toleransi dan pluralisme, demokrasi, persaudaraan basyariyah dsb. Bukankah kedatangan risalah Muhammad pada dasarnya melakukan pencerahan dengan tatanan masyarakat modern (madani) dalam masyarakat jahiliyah.

Karena keterbatasan waktu dan sumber data serta kesulitan tehnik penjaringan datanya, maka tidak seluruh data/informasi bisa tergali secara memadai sesuai dengan tujuan penelitian yang dirumuskan, terutama penjaringan data terhadap aspek politik berkaitan dengan keterhubungan antara Pesantren Ngruki dan kelompok radikal keagamaan serta keterlibatan tokoh Abu Bakar Ba'asyir dengan Jamaah Islamiyah dan gerakan radikal keagamaan lainnya. Untuk itu sangat diperlukan penelitian lanjutan yang memfokus pada masalah-masalah tersebut.

Sumber :PELITA.com
Jum'at ,08 Mei 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar